Aku inget pada malam itu, pada malam itu aku masih
jadi seorang anak yang tidak patuh pada orang tua, masih belum tau seperti apa
sih orang bekerja, seperti apa sih keluh kesah orang tua yang sedang mencari
nafkah buat diriku. Mungkin pada saat itu aku masih bisa di bilang anak yang
lugu, polos, tak tau apa-apa dan sebagainya. Aku sering mengatakan kata ‘ah’
‘aduh’ jika diriku disuruh oleh orang tuaku.
Malam itu aku termenung sejenak mengingat tentang
apa yang disampaikan oleh guru agama ataupun ustadz saya, ‘janganlah kalian
sedikitpun melontarkan kata ah kepada orang tua kalian jika kalian disuruh
olehnya. Kalian tidak pernah berfikir bagaimana bapak kalian yang banting
tulang untuk mencari nafkah untuk kalian? Bagaimana ibu kalian yang membawa
kalian pada saat kalian masih dalam rahim? Apakah kalian tidak berfikir itu?
Rasulullah bersabda orang pertama, kedua, ketiga yang harus kita hormati adalah
IBU, sedangkan yang keempat adalah AYAH. Apakah kalian pernah sadar akan hal itu?’
Saat itu aku merasa benar-benar dapat hidayah dari
yang maha kuasa, orang yang awalnya nakal yang tidak pernah menuruti perintah
orang tua menjadi orang yang peka terhadap apa yang diinginkan orang tua
menjadi orang yang baik yang sholeh. Itulah yang saat itu aku rasakan. Aku
benar-benar merenungkan akan apa yang dikatakan oleh ustadz saya itu, aku mulai meresapkannya dalam hati, dan
kemudian jatuhlah air dari mata ku dengan sendirinya, aku tak menyangka
ternyata akku masi bisa mengeluarkan air mata.
Dan saat itulah aku mendapatkan hidayah dari yang
maha kuasa. Aku tidak langsung meminta maaf kepada orang tua saya, masih
merasakan takut dalam diri saya. mungkin karena saya merasa diri saya ini sudah
banyak sekali dosa. Memang betul pada saat itu aku tidak minta maaf pada orang
tua saya, tapi saya berfikiran bahwa saya harus merubah sikap saya dari yang
buruk menjadi lebih baik lagi, dari yang tidak mau disuruh menjadi mau
disuruh-suruh orang tua.
Saya mulai merasakan bagaimana rasanya orang tua
saya yang banting tulang untuk menafkahi saya, ibu, dan adik saya setelah saya
mulai mendapatkan pekerjaan. Meskipun pada saat itu saya sambil sekolah. Saat
itu air jatuh lagi dari mataku, betapa sulitnya, betapa susahnya orang tua kita
bekerja seharian, banting tulang seharian itu untuk apa? Untuk siapa? Untuk
kita. Itulah yang selalu terlintas dalam fikiran saya, sehingga air mata itu
jatuh dengan sendirinya.
0 komentar:
Posting Komentar