Selasa, 25 November 2014

0 Buju' Sara

Sebuah makam kuno atau yang lebih populer lagi dengan sebutan asta buju’ (makam leluhur, Red), memang dikenal dengan keajaibannya. Seperti halnya asta buju’ Raden Segoro di Desa Batioh, Kecamatan Banyuates. Makam tersebut dipercaya bisa membawa berkah bagi para pengunjungnya. Bagaimanakah silsilah buju’ tersebut ? 
http://www.maduraterkini.com/wp-content/uploads/2013/01/mitos-300x173.jpgSELAIN menjadi tempat wisata yang terkenal dengan banyaknya hewan sejenis kera, Hutan Nepa yang berlokasi di Desa Batioh, Kecamatan Banyuates, juga terkenal dengan sebuah kuburan kuno, yang menjadi tempat peristirahatan panjang Raden Segoro. Konon, kuburan tersebut banyak didatangi para penyekar dari luar daerah Madura maupun kalangan masyarakat Madura sendiri.
Dengan berziarah dan berdoa di Asta Bujuk Raden Segoro, banyak yang percaya bisa mempermudah apa yang menjadi citacita seorang peziarah. Sehingga, saat hari libur banyak warga mengunjungi asta tersebut. Seorang juru kunci, Abdul Aziz Jying, 57, warga Batioh, Kecamatan Banyuates, membenarkan banyaknya peziarah yang sering berkunjung ke lokasi tersebut. Menurutnya, kedatangan mereka untuk mendapatkan barokah agar cita-cita yang diinginkan bisa tercapai.

”Banyak memang orang yang datang ke sini (Bujuk Raden Segoro, Red). Ternyata tidak hanya ingin rekreasi, tapi juga nyekar ke Bujuk Raden Segoro. Mereka mengelilingi bujuk itu (Raden Segoro, Red) dan berdoa. Memohon agar suatu hal yang diinginkan bisa tercapai,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Madura. Abdul Azis lantas menceritakan asal muasal adanya kuburan di Hutan Nepa tersebut.

Menurutnya, berawal saat ditolaknya seorang putri raja oleh ayahandanya karena hamil tanpa seorang suami. Sehingga, sang raja menyuruh patihnya untuk membunuh putri tersebut. Karena gagal membunuhnya, akhirnya sang raja mengutus patihnya untuk menghanyutkan putrinya ke laut lepas dengan menggunakan perahu. ”Beruntung, putri Raja Ngaliusi yang bernama Dewi Ratna ini, tidak diceburkan ke laut.

Sebab, patih yang menjadi pesuruh itu merasa kasihan. Akhirnya lahirlah bayi yang diberi nama Raden Segoro,” ujarnya saat bercerita kepada Jawa Pos Radar Madura. Perahu yang ditumpangi Dewi Ratna tersebut, tambah Abdul Aziz, mengikuti arus hingga kandas di Desa Batioh, Kecamatan Banyuates, tepatnya di Hutan Nepa. Sehingga Raden Segoro dibesarkan di Hutan Nepa.

Saat itu Raden Segoro mendirikan sebuah kerajaan kecil di Hutan Nepa dengan dibantu salah satu patihnya. Kerajaan tersebut  berkembang pesat hingga kesohorke daerah lain. ”Dari saking kesohornya, akhirnya kerajaan dari ayahanda Dewi Ratna mendengar. Salah satu patih yang ikut membesarkan kerajaan itu diketahui sang raja dan dikutuk menjadi kera. Sedangkan Raden Segoro, tiba-tiba hilang di pohon yang sekarang menjadi makamnya,” tuturnya. (radar)

0 komentar:

Posting Komentar